MADZHAB SYAFII MEMBAGI BID’AH ADA DUA, BID’AH SYAR’IYYAH DAN BID’AH LUGHOWIYYAH


MADZHAB SYAFII MEMBAGI BID’AH ADA DUA, BID’AH SYAR’IYYAH DAN BID’AH LUGHOWIYYAH
Al-Hafidz Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
“Bid’ah terbagi menjadi dua : Bid’ah syar’iyyah (menurut syariat) sebagaimana dalam hadits : semua perkara baru adalah bidah dan semua bidah adalah SESAT. Bid’ah secara lughowiyyah (menurut bahasa) sebagaimana perkataan umar bin khothob radhiyallahuanhu yang mengumpulkan sahabat untuk melakasanakan sholat tarawih secara terus menerus : Ini adalah sebaik baik bidah.”
[Tafsir Ibnu Katsir 2/38]
Catatan :
Bid’ah ada dua : bidah secara syariat yaitu, semua amalan atau ritual mirip ibadah yang tidak dilakukan dan tidak dicontohkan oleh Nabi dan sahabat, bidah secara bahasa yaitu, sesuatu yang dulunya tidak ada kemudian diadakan.
Semua bidah secara syariat adalah sesat dan dilarang mengamalkannya, adapun bidah secara bahasa adalah baik dan boleh diamalakan
Contoh bid’ah secara syariat adalah ibadah yang tidak dicontohkan dan tdk diperintahkan oleh nabi dan sahabat
Contoh bidah secara bahasa adalah terciptanya langit, bumi, pesawat, mobil, hp, komputer, internet, fb dan sarana, mengumpulkan alquran, bangun pesantren, sekolah
Adapun ucapan umar kenapa disebut bidah secara bahasa, karena yang diucapkan umar hakikatnya bukan bidah karena sholat tarawih sudah pernah dikerjakan pada zaman Nabi shallahu alaihi wasallam hanya tidak dilakukan oleh beliau karena khawatir diwajibkan, setelah vakum pada zaman Abu Bakar, ketika Umar menjadi kholifah maka sholat tarawih dihidupkan kembali.
Tinggalkan Balasan