BID’AH LAFDZIYYAH JAHMIYYAH MEMBUAT KERANCUAN DALAM AQIDAH HINGGA DI IKUTI OLEH ASWAJA ASYAIROH

- BIDAH LAFDZIYYAH JAHMIYYAH MEMBUAT KERANCUAN DALAM AQIDAH HINGGA DIIKUTI OLEH ASWAJA ASYAIROHYang benar bacaan manusia dalam membaca Alquran adalah kalamullah baik yang ditulis didengar dihafal dibaca dilafadzkan semua adalah kalamullah bukan makhluk
Bid’ah lafdziyyah hanyalah ingin membuat masalah menjadi kabur. Karena perkataan “lafadzku” bisa bermakna dua hal yang berbeda:
Pertama, “lafadz” dalam arti “suara manusia”, yang dihasilkan dari gerakan mulut, bibir, gigi dan lidah serta dihasilkan oleh pita suara. Maka suara manusia adalah makhluk, apa pun yang diucapkan, baik itu Al-Qur’an atau bukan Al-Qur’an.
Kedua, “lafadz” dalam arti “apa yang diucapkan”. Jika yang diucapkan adalah Al-Qur’an, maka Al-Qur’an itu bukan makhluk, akan tetapi kalamullah. Sedangkan jika yang diucapkan adalah selain Al-Qur’an, maka hal itu tentu saja makhluk.
Ucapan semacam ini hanyalah dimunculkan oleh Jahmiyyah untuk membuat aqidah menjadi kabur dan rancu. Pada asalnya, ucapan ini tidak kita benarkan, tidak pula kita salahkan, karena memang ada kemungkinan benar dan salah. Akan tetapi, karena sebetulnya yang mereka maksudkan adalah makna yang ke dua, namun mereka sengaja memakai kalimat yang multi tafsir supaya tidak tampak nyata penyimpangan mereka, maka para ulama pun kemudian melarang ucapan semacam ini. Ucapan inilah yang kemudian menjadi syi’ar di antara syi’ar-syi’ar kelompok Jahmiyyah untuk menimbulkan kerancuan aqidah di tengah-tengah kaum muslimin.
Oleh karena itulah Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata,
مَنْ قَالَ لَفْظِي بِالْقُرْآنِ مَخْلُوقٌ فَهُوَ جَهْمِيُّ
“Barangsiapa berkata, “lafadzku terhadap Al-Qur’an itu makhluk”, maka dia adalah pengikut Jahmiyyah.”
(As-Sunnah no. 181, karya ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal)
Tinggalkan Balasan