ASWAJA NGEYEL DAN TIDAK BISA MENERIMA KENYATAAN BAHWA PERTAMA KALI YANG MERAYAKAN MAULID ADALAH SYI’AH BANI FATIMIYYUN


- ASWAJA NGEYEL DAN TIDAK BISA MENERIMA KENYATAAN BAHWA PERTAMA KALI YANG MERAYAKAN MAULID ADALAH SYIAH BANI FATIMIYYUNAswaja selalu koplak dalam memahami fakta dan realita, pura pura tidak tahu atau sengaja menampakkan muka temboknya jelas jelas pertama kali yang merayakan maulid adalah syiah bani fatimiyyun masih mengelak dan menuduh salafy tebar fitnahImam Al Maqriziy rahimahullah seorang pakar sejarah mengatakan :“Para khalifah Fatimiyyun memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari ‘Asyura, maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah al Zahra, maulid khalifah yang sedang berkuasa, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Sya’ban, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Ramadhan, perayaan malam penutup Ramadhan, perayaan ‘Idul Fithri, perayaan ‘Idul Adha, perayaan ‘Idul Ghadir, perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan malam Al Kholij, hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari Rukubaat.”
[Kitabul Mawaidz Wal Itibar 2/436]
Asy Syaikh Bakhit Al Muti’iy rahimahullah mufti negeri Mesir mengatakan :
“Bahwa yang pertama kali mengadakan perayaan maulid dikairo mesir yaitu para kholifah bani fatimiyyun yang pertama merayakan adalah Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti Fatimiyyun) pergi dari maghrib memuju mesir pada tahun 362 H.”
[Ahsanul Kalam hal.59]
Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
“Al Qodhi Al Baqillaniy menulis kitab khusus untuk membantah Fatimiyyun yang beliau namakan “Kasyful Asror wa Hatkul Astar (Menyingkap rahasia dan mengoyak tirai)”. Dalam kitab tersebut, beliau membuka kedok Fatimiyyun dengan mengatakan, “Mereka adalah suatu kaum yang menampakkan pemahaman Rafidhah (Syi’ah) dan menyembunyikan kekufuran semata.”
[Al-Bidayah Wan Nihayah 11/373]
Tinggalkan Balasan