HARUSNYA ASWAJA MENGIKUTI SUNNAH DZIKIR DG SIRR(SUARA LIRIH) SETELAH SHOLAT,MENURUT KITAB FATHUL MU’IN MADZHAB SYAFI’I


Bismillah Alhamdulillah kami nukilkan dari kitab Fathul Mu’in ,,
Berkata: Zainuddin almalibari..murid dari Ibnu Hajar Haitami .dalam kitab beliau Fathul Mu’in pegangan Aswaja beliau berkata:”
و سن ذكر و دعاء سرا عقبها،،اي الصلاة،،اي يسن الاسرار بهما لمنفرد و مأموم و امام،،لم يرد تعليم لحاضرين،
Dan disunahkan berdzikir dan berdoa dg sirr(suara pelan) setelah nya yaitu maksudnya setelah sholat, yaitu disunahkan sirr suara pelan dg keduanya (dzikir dan doa) baik untuk orang yg sholat munfarid/sendiri atupun menjadi makmum atau menjadi imam..selama tidak ada keinginan untuk mengajarkan dzikir dan doa tersebut kepada jamaah yg hadir..
ولا تأمينهم لدعائه بسماعه.
Tidak perlu mengAmienkan doa bagi yg mendengar nya .
Hal ini banyak diselisihi orang yg mengaku berpegang dg kitab ini..
1..menjaharkan dg suara keras baik dzikir maupun doa setelah sholat padahal disunahkan men sirrkan /pelan
2.Mengaminkan doa padahal beliau yg menganjurkan tidak perlu doa diaminkan.
3.jahr boleh Li ta’lim untuk mengajarkan doa dan seharusnya dilakukan sesekali saja tatkala mengajarkan doa..
akan tetapi kenapa secara prakteknya baik mengajarkan ataupun tidak mengajarkan tetap jahr terus menerus.ini jelas menyelisihi kitab Fathul Mu’in
Semoga bermanfaat barokallohu fikum..
Dan semoga Alloh membalas dg balasan yg baik untuk kami di Yaumil akhir..dg mengharap wajahnya.. amien
Tinggalkan Balasan